Dahulu saya sering bertanya-tanya, kok sekolah Islam identik dengan biaya pendidikan yang mahal?
Dalam beberapa kali diskusi, timbul pertanyaan: bukankah pendidikan Islam itu harus dirasakan oleh semua kalangan, baik menengah ke atas, ke samping bahkan ke bawah?
Kalau sekolah Islam berbiaya tinggi, berarti hanya kalangan tertentu saja dong yang bisa bersekolah di sana?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab setelah saya mengelola sekolah swasta Islam. Ternyata urusan biaya sekolah tidak sesederhana itu.
Perlu diketahui bahwa, sekolah swasta tidak seperti sekolah milik negara yang seluruh komponen biaya dicukupi oleh negara. Mulai dari gaji guru, pembangunan gedung, biaya operasional dan lain-lain. Dengan kata lain, seluruh biaya yang dikeluarkan oleh sekolah negeri dibiayai oleh para pembayar pajak.
Sedangkan lembaga pendidikan swasta harus memenuhi seluruh komponen biayanya murni dari yayasan yang asal dananya adalah dari orang tua siswa. Mulai dari pembangunan gedung, pengadaan sarana dan prasarana, sampai pembelian sipdol.
Kan swasta juga mendapatkan BOS dari pemerintah? Yap betul. Perlu diketahui bahwa dana BOS umumnya hanya cukup untuk menutupi 10-20% dari total keseluruhan biaya operasional sekolah.
Kabar baiknya, saat ini banyak sekolah swasta yg membebaskan biaya pendidikan untuk siswa dg kriteria tertentu, misalnya siswa yatim. Kok cuma itu? Karena bisa jadi kemampuan sekolah baru sebatas itu. Disyukuri saja.
Berarti tidak semua kalangan bisa bersekolah di sekolah tersebut dong? Ya iyalah. Bayangin aja, rata-rata daya tampung satu sekolah Islam hanya sekitar 80-90 an siswa per tahun. Di satu kawasan perumahan ada brp sekolah swasta? Sedangkan angkatan siswa baru di satu perumahan saja mencapai angka 700 an calon siswa.
Artinya masih banyak calon siswa yang tidak tertampung di sekolah Islam, bukan semata karena masalah biaya pendidikan, tetapi karena masalah daya tampung sekolah yang sangat terbatas.